niappa

Bersiap mengarungi langit ketidakterbatasan (agar hidup tetap bergairah)

‘Harga’ Rancang Grafis Indonesia (3)

with 2 comments

” … Aku dulu buka kantor di Jakarta, Bikin web disain selain kliennya reseh dan tidak menghargai “art”, bayarannya juga ngicrit …”, keluh Anonymous, seorang web designer Indonesia yang memutuskan pergi ke Belanda meninggalkan dunia web design Indonesia (dan klien-kliennya). Disana dia mengklaim mampu menghasilkan labih dari 500 gulden setiap minggunya.

” … Potensi web designer Indonesia cukup cerah, kalau penghargaan atas desain mulai dihargai (semua jenis desain), krismon sudah lewat, dan bangsa Indonesia berubah pola pikirnya. Kesimpulannya: Saya lebih baik cari kerja di luar negeri…

Mereka berdua adalah contoh dari beberapa web designer berbakat kita yang memilih untuk berpaling dari dunia web design Indonesia, kenapa bisa begini? (toekangweb)

Kutipan di atas berasal dari sebuah situs yang sering dikunjungi oleh para perancang web Indonesia di saat segala sesuatu yang mengandung tiga huruf ‘w’ sedang marak-maraknya. Saat itu hampir setiap akhir pekan di tiap koran-koran terbitan kota besar selalu mencantumkan peluang kerja sebagai web design ataupun web programmer. Sayangnya situs ini tidak dilanjutkan dengan baik. Tulisan terakhir diposting pada tahun 2001. Sedang apa kita enam tahun yang lalu

Setelah lebih kurang enam tahun sejak kutipan di atas ditulis kondisi desain di Indonesia hampir sama saja. Hampir bisa dikatakan tidak ada perubahan dalam hal penghargaan dan apresiasi desain di Indonesia. Walaupun kutipan di atas disampaikan dalam konteks web desain, sekali lagi, permasalahan yang diungkapkan juga mewakili desain-desain yang lain. Permasalahan tersebut adalah masih kurangnya penghargaan dan apresiasi masyarakat Indonesia terhadap desain karya bangsa sendiri.

Jangan heran jika terjadi yang dinamakan Richard Florida sebagai `The Flight of Creative Class’, dimana para manusia-manusia berbakat akhirnya mengungsi ke luar negeri yang lebih kondusif. Bayangkan jika seluruh desainer dari seluruh industri desain bersepakat untuk menjadikan desain dan ekonomi kreatif sebagai lokomotif ekonomi Indonesia di masa depan. Bayangkan jika ide-ide kreatif yang brilian selalu bertemu dengan nafas semangat kewirausahaan. (M.Ridwan.Kamil on orekadesign point [4] )

Yup…, jadi sebenarnya bukan suatu hal yang mengejutkan bila mendengar sebuah perusahaan asing, seperti Korea, misalnya, sanggup membayar 5 juta USD untuk sebuah desain. Justru hal tersebut sebenarnya merupakan sesuatu yang patut untuk disyukuri.

Kembali pada pertanyaan di akhir kutipan tersebut, “… kenapa bisa begini?” Seperti pada dua tulisan bagian pertama dan kedua, hat tersebut adalah tugas dan tantangan bagi insan desain Indonesia. Jawaban yang senada tapi dengan gaya yang berbeda pun dapat Anda baca di situs asal kutipan tersebut. Tugas dan tantangan para desainer grafis untuk mempu bersaing dan meningkatkan kualitasnya. Tugas dan tantangan para desainer untuk belajar memahami karakter klien yang bermacam-macam. Tugas dan tantangan para desainer untuk memberikan pembelajaran dan pencerahan terhadap klien.

Rasanya tidak cukup hanya dengan menggelar berbagai kontes desain. Tetapi akan lebih bermakna seandainya para perancang grafis juga lebih berani membuka diri. Dengan demikian, mudah-mudahan semakin banyak masyarakat yang memahami (tidak sekadar mengenal) dunia rancang grafis sehingga ke depan apresiasi terhadap karya grafis semakin dapat dirasakan secara merata, dan pada akhirnya dunia rancang grafis dapat berkembang sebagai salah satu seni yang mampu membuat hidup lebih bergairah.

Tidak bersambung lagi.

Sebaiknya baca juga sebelumnya
Desain, Oh Desain …
‘Harga’ Rancang Grafis Indonesia (1)
‘Harga’ Rancang Grafis Indonesia (2)

Written by Asmaradi, A.W.

September 4, 2007 at 6:15 am

Posted in Desain

2 Responses

Subscribe to comments with RSS.

  1. Terimakasih sudah mampir di web saya. Senang berkenalan. Semoga web ini diisi juga dengan karya-karya dan contoh. Banyak hal yang kita dapat dengan mulai dari memberi. Itulah pengalaman saya.

    anna hape

    September 11, 2007 at 8:50 am

  2. Yup, betul. Melihat perkembangan yang terjadi, rasanya memang perlu untuk mencantumkan karya dan contoh. Terima kasih atas sarannya. Segera saya persiapkan posting dengan karya/contoh.

    a. niappa

    September 11, 2007 at 9:17 am


Leave a reply to a. niappa Cancel reply